Senin, 05 November 2012

Birahi STW 2



Dan kusaksikan kini detik-detik seorang pria meregang karena orgasmenya. Dengan sedikt teriakkan kecil, dia meregangkan tubuhnya hingga seperti busur yang melengkung ke belakang. Sementara penisnya yang begitu tegak dan tegar lurus ke arah depan menampakkan kepalanya yang bulat licin berkilatan karena menahan tekanan darah dari dalam. Dan aku sedikit tersentak kaget saat tiba-tiba kusaksikan puncratan pertamanya. Spermanya muncrat seperti peluru yang di tembakkan kearah dinding kamar mandiku. penis itu mengangguk setiap memuncratkan cairan kental dan pekatnya. Kusaksikan ada sekitar 7 kali penis itu mengangguk dan memuncratkan spermanya. Ternyata begitu banyak kandungan sperma abang ini.

Sesudahnya nampak si abang dengan lunglai bersandar kedinding untuk istirahat sejenak. Mungkin energinya tersedot habis. Aku bergegas bangkit dan kembali ke kamarku sebelum dia memergoki aku.
Saat aku keluar dia masih juga di kamar mandi. Kesempatanku untuk membuatkan dia teh panas manis. Sikapku wajar-wajar saja saat dia muncul dari pintu kamar mandiku.
"Ayo, Bang, minum dulu..," kutawarkan minumannya dan kuberikan upah becaknya. Kuperhatikan sepintas, dia sepertinya seseorang yang telah berlega karena telah melepas bebannya. Dan aku juga berpikir pasti dia melakukan onani sambil membayangkan nikmatnya menyetubuhi aku. Aku kembali terbakar syahwatku.

Berhari-hari berikutnya peristiwa itu selalu lekat dalam pikiran dan hatiku. Sering timbul rasa sesalku, kenapa tak kutahan saja dia untuk kemudian kuajak ke ranjangku. Aku membayangkan bagaimana buasnya dia melahap diriku. Aku sangat mendambakan bagaimana rasanya saat penisnya menembus kemaluanku. Tentu G-spotku akan menjemputnya dengan penuh kegatalan yang amat sangat. Tentu aku akan meraih orgasme beruntun dari si abang ini. Yang aku sesalkan juga, aku tidak menanyakan namanya. Aku pastikan pada setiap kali belanja aku akan mencari dia untuk membantuku nanti.

Sebenarnya sih, saat ini belum tanggalnya aku belanja. Baru seminggu yang lalu aku ke toko agen. Tetapi ah.. mungkin aku sudah nggak bener lagi nih. Aku pengin banget ketemu itu si abang becak itu. Aku bener-bener kesengsem dengan kemaluannya. Aku nggak lagi berpikir pantas atau tidaknya orang ayu macam aku, terpelajar dengan suaminya yang insinyur kok merindukan tukang becak. Apakah syahwat itu memang demikian hebat kekuatannya hingga bisa merubah cara pandangku mengenai kenikmatan syahwat. Aku sudah ditelan sikap masa bodoh. Aku tak merasa wajib untuk lagi menempatkan yang namanya martabat atau harga diri dalam kaitan syahwat ini. Lihat saja tontonan VCD itu. Bukankah mereka cantiknya luar biasa. Dan juga nampak terpelajar dan bermartabat.

Mereka melakukan kesenangan seksualnya di tempat-tempat yang amat mewah, di atas mobil mewah, di dalam apartemen yang mewah, bahkan di atas kapal-kapal pribadi yang mewah juga. Dan lihat pasangan prianya, disamping yang juga nampak terpelajar ada juga yang bertampang pekerja kasar. Bukankah "contrastistic' itu juga menjadi salah satu konsep mengenai indah atau keindahan. Terus terang aku memang mencoba mencari pembenaran atas sikap dan tingkah lakuku ini. Dan akhirnya aku berangkat juga pergi belanja yang ke 2 untuk bulan ini.

Aku nggak tahu mesti beli apa. Semua kebutuhan bulananku sudah kudapatkan mingu lalu. Akhirnya aku beli saja lagi beberapa barang yang bisa disimpan lama, sabun, shampoo, pasta gigi atau obat nyamuk. AKu nggak sempat memperhatikan taoke yang selalu menikmati kehadiranku di tokonya. Aku ingin cepat selesai dan pulang. Aku ingin secepatnya menemui si abang becak itu.

Di jalanan tempat pangkalan becak aku tak langsung bisa menjumpai abang becakku. Aku tak berani tanya ke mereka untuk menghindarkan kecurigaan. Ah, itu dia.. baang.., dari kejauhan aku melambaikan tanganku. Dia tahu. Dan tanpa ba bi Bu aku langsung naik saat becaknya mendekat. Woo.. aku sedikit terlupa.
Bukankah belanjaanku kali ini amat sedikit untuk dia bantu memasukkan ke rumah nanti. Ah, sudahlah, bagaimana nanti saja..

Sesampai di rumah aku bilang, "Masuk dulu, Bang, aku ambil uang dulu."
Aku berlagak seakan uangku kurang dan perlu ambil dari rumah.
"Ayoo, masuk," ajakku lagi setelah kulihat dia agak ragu karena nggak ada barangku yang mesti dia panggul. Ahhirnya kembali dia kuajak untuk duduk di kursi makan dekat dapur. Kini aku berpikir bagaimana memulai segalanya yang selama 7 hari terakhir ini sangat kudambakan.
"Bang, siapa namanya? Minum dulu ya? Nggak buru-buru khan?," aku berusaha beramah-ramah dan membuatkan minuman tanpa menunggu jawabannya. Aku ingin dia tinggal lebih lama. Aku berusaha mengulur-ulur waktunya.

"Nama saya Darius, Bu. O, ya, boleh saya ke toilet ya, Bu?,
"Silahkan."
Nah, rupanya dia kebelet juga. Pasti ingin mengulang kembali onani di kamar mandiku. Tentu hal yang sangat membuat aku gembira. Syahwatku langsung syurr.. naik. Kupercepat adukan teh manisnya. Aku pengin cepat mengintip lagi.

Dan aku mendapatkan pemandangan indahku kembali. Dia benar-benar melakukannya lagi. Yang aneh, kali ini dia justru menghadap ke pintu dengan ujung kemaluannya tepat di belahan papan pintu. Aku jadi curiga. Adakah dia tahu aku mengintip?! Dan sekarang ini dengan sengaja dan berani menghadapkan kemaluannya langsung ke celah pintu yang seakan menantang aku. Duh, lihatlah.., demikian dekat ke celah ini. Oohh.. Bang Dariuuss.. gede bener sih penismuu..

Tangannya mengurut-urut dengan indahnya. Desah-desahnya mulai kedengaran seiring nafasku yang memburu. penis itu seakan nempel di wajahku. Rasanya aku bisa menangkap baunya. Bau penis lelaki sebagaimana bau kemaluan suamiku juga. Hanya yang ini demikian lebih jauh merangsang birahiku. Tanganku kembali meremasi buah dadaku. Adegan ini edan dan sekaligus lucu. Aku jadi membayangkan seandainya ada sutradara VCD komedi porno.

Sambil terus meremasi susuku kunikmati benar pemandangan ini. penis itu semakin membesar dan mengkilat. Nampak urat-uratnya melingkar-lingkar kasar di sepanjang batangnya. Kemudian aku menyaksikan cairan birahinya mulai membasahi ujungnya. Pada lubang kencingnya nampak ada titik bening yang kemudian meleleh. Bang Darius mengocok semakin cepat. Cepat, cepat..

Akhirnya kusaksikan kembali spermanya muncrat. Kali ini tepat menembaki celah-celah sambungan papan pintu ini. Walaupun tidak terlempar keluar pintu, sperma itu nampak bening kental mengalir turun di celah itu. Aku cepat bangkit menghindar agar tidak kepergok. Dengan setengah lari kecil aku menuju ke dapur, mengambil cangkir tehnya. Kusajikan tepat saat dia muncul di pintu. Aku senyum yang dia juga balas dengan senyum dari mukanya yang ber-rona kemerahan. Dia nampak kembali meraih kelegaan dari beban syahwatnya yang tersalur.

Kali ini aku sudah bertekad untuk mengulur waktu agak dia bisa tertahan lebih lama sambil mencari peluang untuk kemungkinan lebih jauh. Aku ajak ngobrol. Dengan penuh maklum karena pendidikannya yang rendah, demikian perkiraanku, aku lemparkan dialog yang gampang-gampang saja. Di mana tinggalnya, istrinya, berapa anaknya, sudah berapa lama narik becak dan sebagainya. Dia nampak sangat santun, atau malu barangkali, omongannya secukupnya saja. Tetapi ada satu hal yang kulihat dari matanya. Dia nampak sangat menikmati kehadirannya dekat dengan aku ini. Matanya itu sering mencuri pandang pada tubuhku. Kusaksikan beberapa kali dia begitu melotot melihat belahan dadaku. Kemudian ketiakku, yang memang saat itu aku sedang memakai blus "u can see." Aku yakin dia pengin banget melahapku.

Hal ini mendorongku untuk beraksi lebih banyak. Terkadang sambil ngomong aku menunjuk sesuatu sehingga lengan dan ketiakku menjadi lebih terbuka. Atau aku berdiri, berjalan atau merunduk atau membelakang. Aku sepertinya benar-benar peragawati yang ingin menampillkan bagian-bagian tubuhku yang sensual ini. Sesudah sekian lama ngobrol sana-sini, tak juga kudapatkan perkembangan yang berarti pada pertemuan ini. Yang kulihat hanyalah wajah bengong si abang. Mungkin karena onaninya tadi membuat birahinya tak lagi begitu menyala. Aku mesti rela untuk menunda bayangan nikmat syahwatku. Bang Darius pulang sesudah menerima upahnya. Sebagai pelarian hari itu aku mendapatkan kepuasan dengan masturbasi. Dari lemari es kukeluarkan simpanan ketimun besar dan panjang. Kira-kira sebanding dengan kemaluan Bang Darius. Kurendam ke air hangat agar menjadi hangat. Aku masturbasi dengan ketimun itu sambil membayangkan penis Bang Darius menembusi memekku. Ah. nikmatnya.. Orgasmeku kudapatkan beruntun-runtun.

Tiga hari kemudian aku kembali dilanda sepi dan rindu pada Bang Darius. Aku mesti kembali belanja ke toko agen itu. Aku sudah menyiapkan apa yang mesti kubeli. Apapun, pulangnya aku harus diantar Bang Darius. Kali ini aku ingin bisa meraih lebih banyak dari sebelumnya. Aku mencoba mencari kemungkinan-kemungkinan agar hal itu bisa terwujud. Mungkin kuncinya berada di aku. Aku harus lebih berani. Yang kuhadapi adalah orang dari klas sosial yang berbeda. Kalau Bang Darius merasa rendah diri di depanku itu adalah wajar. Aku yang seharusnya memulai. Aku harus agresif. Benarkah itu?! Bisakah aku?

Encik istri taoke pemilik toko heran aku memborong belanjaan lagi. Ah, masa bodoh, itu urusanku. Aku bilang kalau saudaraku minta dibeliin ini itu di tokonya karena harganya miring. Encik senang mendengarnya. Saat pulang Bang Darus sudah menunggu dengan becaknya. Itu memang sengaja aku atur. Aku nggak mau terjadi saat selesai belanja, dia sedang pergi karena mengantar orang lain. Dia angkati barang-barangku dan menyusul aku naik ke becaknya. Kali ini kami telah akrab. Sepanjang jalanan kami banyak ngobrol.

Sesampai di rumah, tanpa aku minta lagi dia langsung menurunkan dan memanggul barang-barang untuk dibawa masuk ke dalam rumah. Dan tanpa kusuruh lagi dia menunggu aku duduk di kursi makan itu. Tanpa memberikan tawaran, aku juga langsung membuatkan teh manis untuknya. Bahkan aku juga menyediakan makanan kecil. Aku akan tahan dia lebih lama lagi. Kali ini dia tidak minta ijin ke toilet. Barangkali dia malu setiap ke rumahku kok selalu ke toilet.

Kami kembali ngobrol. Hari ini sengaja aku memakai busana yang lebih "hot." Blusku lebih banyak memperlihatkan belahan dada dan ketiakku. Aku pakai jeansku yang hanya sampai ke lututku, sehingga disamping menampilkan pantatku yang seksi betisku yang ranum mulus nampak sangat menggoda. Aku sudah bertekad untuk lebih agresif padanya. Aku akan lebih banyak bergerak untuk memperlihatkan bagian-bagian sensual tubuhku. Aku sudah siapkan cara kuno. Aku akan pura-pura kepleset dan minta Bang Darus menolong aku. Kakiku akan kesleo dan dia akan memberikan urutan. Tentu saja di atas ranjangku. Aku akan mengaduh atau merintih kesakitan dengan irama dan nada yang erotis banget. Aku benar-benar siap membuat jebakan untuknya. Dan kini harus kumulai. Aku masuk ke kamarku dengan penuh tekad..

Dan sesaat kemudian.. brukk.. aku menjatuhkan diriku ke lantai,
"Aduuhh.. Bang.. tolongiinn..," aku berteriak minta tolong.
Kudengar suara kursi yang ditarik berderit dan dengan langkah terburu Bang Darius telah muncul di pintu yang kemudian dengan cepat jongkok meraih aku. Aku berteriak kesakitan, seakan tidak mampu berdiri. Dia raih punggungku pelan kemudian pahaku. Dia angkat aku untuk direbahkan ke ranjang.
"Kenapa, Bu?," tanyanya nampak panik.
Aku tidak menjawab kecuali aku terus merintih setengah menangis sambil memegangi sendi kakiku untuk menunjukkan bahwa kakiku kesleo. Aku lihat dia mau membantu mengurut tetapi ragu. Dia khawatir dianggap kurang ajar.
"Adduuhh.. tolongi aku Bang, sakiitt..," baru sesudah rintihanku itu dia berani memeriksa kakiku.
"Kesleo, ya, bu?!" kemudian membantu menguruti kakiku.
Duuhh.. nikmatnyaa.. Sepintas hidungku menangkap aroma tubuhnya. Tubuh dari lelaki yang gempal, penuh keringat dan sangat seksi ini menebarkan bau kejantanannya. Tangan-tangannya yang kurasakan sangat keras dan kasar itu terus mengurut pelan sendi kakiku. Dan hasilnya adalah darah syahwatku yang melonjak panas. Sampai disini skenarioku berjalan mulus.

BIRAHI STW 1




Panggil aku Ayu. Sesungguhnya namaku yang benar adalah Kustinah. Sejak sekolah hingga sekarang sesudah umur 28 tahun teman-teman gaulku selalu memanggilku Ayu karena kecantikanku. Dan panggilan itu akhirnya keterusan hingga orang-orang rumaHPun memanggilku demikian. Sebagai seorang perempuan, menurut omongan dari banyak teman-temanku, aku termasuk cantik dan sensual. Dengan tinggi tubuhku yang 174 cm dan berat badan yang 57 kg serta wajah ayuku mereka bilang aku pantas kalau jadi model atau bintang sinetron.

Dari ukuran normal, sebagai seorang istri aku telah mendapatkan segalanya. Menjadi putri ke 3 dari keluarga yang cukup terpelajar, ayahku yang berasal dari Jambi adalah seorang ahli hukum laut menikah dengan ibuku yang berasal dari Jawa Timur adalah seorang dokter, aku mendapatkan kasih sayang yang cukup melimpah.

Demikian pula, sebagai istri dari Mas Surya yang seorang insinyur arsitek, aku mendapatkan apapun yang aku inginkan. Tetapi ini pula mungkin pangkalnya. 'Mendapatkan apapun yang aku inginkan' itu di kemudian hari ternyata menghadapi banyak godaan yang tak mampu aku hindari dan kendalikan. 'Apapun yang kuinginkan' ini berkembang dimensinya. Khususnya dalam masalah syahwatku.

Telah 8 tahun aku menikah dengan Mas Surya. Suamiku termasuk type pria idaman bagi kebanyakan wanita. Insinyur, tampan, lembut, cerdas dan romantis. Walaupun hingga kini belum memiliki anak, kami nggak pernah kesepian. Ada saja yang membuat kami asyik mengarungi bahtera sebagai suami isteri ini. Setiap pulang kerja ada saja oleh-oleh yang dia bawa untuk menyenangkan aku. Banyak kejutan yang dia persiapkan untukku. Apa saja.

Dalam hal hubungan seksual, dia termasuk lelaki yang normal. Gairah, kelembutan dan romantisme yang ada padanya selalu menghasilkan hubungan seksual yang tak ada cacatnya.
Hingga terjadilah sebuah peristiwa yang sangat mempengaruhi tingkah-lakuku dalam hal syahwat.

Bermula dari rumah temanku..
Sehabis program aerobik yang secara rutin aku lakukan bersama teman-teman dalam klub, aku tidak langsung pulang. Yang punya rumah, Mbak Sari, namanya ngajak aku ngobrol dulu. Kebetulan dia sedang sendirian. Suaminya belum pulang dari kantornya, anaknya nginep di rumah neneknya dan Warsih pembantunya sedang pulang kampung. Sesudah dia buatkan aku teh panas kesukaanku kami ngobrol di ruang keluarga. Sesudah ngomong macam-macam topik, Sari ngajak aku nonton VCD porno.
Walaupun aku sering dengar tentang VCD macam itu terus terang aku belum pernah menontonnya. Dan aku kok nggak enak kalau menolak ajakan Sari ini. Yaa.., akhirnya kami nonton sama-sama.

Ternyata dari VCD itu aku baru melihat apa-apa yang sebelumnya tak terbayangkan olehku.
Wanita-wanita yang sangat cantik secara agresif digauli maupun menggauli lelaki kasar, hitam atau coklat dan sebagainya. Wanita-wanita itu sepertinya begitu bernafsu terhadap kemaluan lelaki. Dan yang aku nggak pernah terbayangkan sebelumnya, ternyata lelaki-lelaki itu memiliki penis yang demikian gede, kuat, panjang dan penuh otot. Penis itu begitu berkilat saat tegang karena birahi.

Saat 'close up' kulihat, bibir lubang kencingnya yang lebar dengan lubangnya yang dipenuhi cairan syahwatnya yang jernih bening. Kameranya menangkap citra kemaluan itu begitu tajam dan detail seperti penyajian citra makanan yang demikian lezatnya. Kilatan kepalanya yang mengkilat seakan hendak meletus pada saat tegang bernafsu. Aku jadi ingat kemaluan suamiku yang mungkin hanya seperempat besarnya dibanding kemaluan-kemaluan bintang VCD itu. Dan pada saat penis itu menembusi vagina, betapa sesaknya. Sampai nampak bibir vaginanya, yang pasti sangat mencengkeram, ikut terbawa keluar masuk ketika penis itu memompa. Aku jadi merinding melihatnya.

Dan lihat wanita-wanita cantik itu.. Dari desahan-desahan dan jeritan erotisnya nampak mereka diterkam oleh kenikmatan yang tak terhingga. Dan kenikmatan itu lebih lagi saat muncratnya air mani si lelaki yang ditumpahkan ke bibir-bibir cantik mereka. Terkadang berceceran di seputar wajahnya, kacamatanya, buah dadanya. Dan.. oohh.. si cantik-cantik itu menelan sperma-sperma lelaki kasar itu. Bahkan mereka juga menjilati yang tercecer pada bagian-bagian tubuhnya. Ah.. aku nggak tahan melihatnya.

Aku malu sama Mbak Sari kalau sampai dia melihati wajahku. Aku cepat-cepat pamit dengan alasan rumah kosong. Dan sepanjang jalan pulang aku masih berpikir.. benarkah ada kemaluan sebesar itu. Dan perempuan-perempuan tadi.. cantik-cantik dengan mulutnya yang terus menjilati penis-penis lelaki kasar-kasar itu. Aku ingat betapa si lelaki menyeringai kenikmatan saat spermanya muncrat-muncrat.. dan iihh.. si wanita dengan rakusnya minum, menelan dan menjilati yang tercecer. Ahh.. Gedenya kemaluan ituu.. Aahh.. tidak! Jangan! Aku berusaha melupa-lupakan apa yang barusan kutonton. Aku tak mau mengingatnya lagi. Tetapi..

Sejak itu, setiap kali aku melihat lelaki, apalagi lelaki yang kasar-kasar macam tukang becak atau kuli, tak terelakkan, aku selalu membayangkan dan bertanya dalam hatiku, apa kemaluan mereka juga gede sebagaimana yang aku lihat di VCD itu!? Dan yang membuat lebih repot lagi, saat Mas Surya menggauli aku selalu datang bayangan kemaluan-kemaluan gede itu. Bahkan akhir-akhir ini aku seakan merasakan hambar saat-saat kemaluan Mas Surya memasuki vaginaku. Rasa kegatalan pada dinding-dinding vaginaku tak juga mau bangkit. Untungnya aku bisa berpura-pura bergairah dan meraih orgasme, hingga Mas Surya tak merasakan ketidak beresanku.

Tetapi aku rasa hal ini tak mungkin berjalan selamanya. Dorongan syahwatku sendiri menuntut agar aku meraih orgasme. Kepalaku akan pusing dan kerjaku tidak bisa konsentrasi setiap gagal orgasme saat bersetubuh bersama Mas Surya. Lama kelamaan hal ini benar-benar menjadi derita bagi aku. Beberapa hari terakhir ini Mas Surya menegorku, kenapa aku nampak kurang segar. Dia perhatikan raut kegembiraan di wajahku nampak jarang terlihat. Dia bertanya apakah aku punya masalah. Dia bahkan beri saran, kalau ada masalah ngomong, dia mungkin bisa membantu. Jangan simpan masalah itu berlarut-larut. Hal itu akan mempengaruhi kesehatanku.

Ah, kasihan Mas Surya. Dia nggak tahu apa yang sedang aku dambakan. Tetapi kata-katanya yang 'jangan simpan masalah hingga berlarut-larut' itu telah merangsang timbulnya gagasanku. Tapi entahlah.. Aku kacau dan oleng.

Setiap bulan aku belanja cukup banyak untuk keperluan rumah tangga. Aku belanja di toko agen tidak jauh dari rumah. Dengan blus katun tipis yang adem dan celana jeans ketat kesukaanku aku keluar rumah. Aku senang melihat para lelaki dan juga wanita kagum dan menikmati sensual tubuhku berkat busanaku ini. Saat pergi tanpa bawaan barang aku naik angkot, nanti pulangnya dengan berbagai macam barang belanjaan yang cukup berat aku biasa naik becak. Toko agen itu cukup mengenalku. Mereka melayani aku dengan ramah. Aku juga lihat bagaimana taoke menikmati sensual penampilan tubuhku. Siapa tahu dia sambil mengelusi kemaluannya dari meja kasirnya. Ah.. kenapa pikiranku mudah jorok macam ini sejak menonton VCD di tempat Mbak Sari itu.

Sesudah selesai belanja seperti biasanya anak buah taoke pemilik toko membantu aku memanggil tukang becak dan menaikkan barang-barangku ke becak. Saat aku mau naik sepintas aku ngomong sama abang becaknya kemana tujuanku. Pada saat itulah tiba-tiba aku merasa bergidik merinding. Melihat sosok tubuh yang kekar dan kecoklatan serta bertatapan muka dengan si abang becaknya aku kembali ingat tayangan VCD itu. Wajahnya sangat seksi dengan bibirnya yang tebal itu rasanya siap melahap aku. Matanya nampak liar seakan hendak memandang telanjangnya tubuhku. Aku sepertinya kena sihir, bengong, hingga dia yang menegor,
"Kemana, buu..?!"
Masih dalam bengong aku naik ke becak,
"Kemana, buu..?!," sekali lagi kudengar pertanyaannya.
"Ah, iyaa.. ke kompleks bang..," jawabanku terasa tanpa berpikir.

Sepanjang jalan itu aku terus melamun.. Adakah kemaluan si abang becak yang sedang kutumpangi ini juga gede? Duhh.., kenapa pikiranku terus tertuju kepada si abang ini? Sebagaimana biasa, begitu sampai di rumah, karena barang-barangnya cukup banyak dan berat, si abang becaknya membantu untuk menurunkan dan memasukkan barang-barang belanjaanku tersebut ke dalam rumah.
Aku tak bisa mengelak dari keinginanku untuk mengamati sosok si abang becak. Kulihat tubuhnya yang hanya memakai kaos singlet dan celana pendek yang setengah dekil, mengkilat karena keringatnya. Nampak gumpalan daging dan otot-ototnya yang kecoklatan pada lengan-lengan dan paha serta betisnya. Wajahnya nampak kasar oleh tempaan kehidupannya. Walaupun wajah itu tidak tampan, dengan bibirnya yang agak tebal, dia nampak sangat seksi. Lelaki macam inilah yang sering aku bayangkan memiliki kemaluan yang gede. Benarkah?

Dengan sigap dia mengangkat dan memanggul barang-barangku ke dalam rumah. Saat itulah dorongan syahwatku kembali menyergap aku. Alangkah seksinya tubuh si abang ini. Timbul keinginan untuk menahannya lebih lama. Aku bilang, tunggu sebentar bang, sambil aku berpura-mencari dompet yang sengaja tak kutemukan. Aku berpura-pura bingung seperti orang lupa. Sementara menungu kupersilahkan dia duduk di kursi makan dekat dapur. Aku sendiri masuk ke kamar untuk meneruskan pencarian dompetku. Sesaat kudengar dia ngomong,
"Bu, boleh pinjam toiletnya, saya pengin buang air kecil?"
Ah, kebeneran, kata dalam hatiku,
"Silahkan, bang," aku menyahut dari kamar.

Kemudian aku keluar sementara si abang becak kencing di toilet. Kuperhatikan pintu kamar mandiku. Aku agak blingsatan. Darah syahwatku mengalir deras. Aku pengin banget ngintip saat dia kencing. Ini merupakan kesempatan yang langka dan paling kutunggu. Dan pada saat seperti sangat mungkin. Pintu kamar mandiku yang terbuat dari papan memberikan celah-celah kecil sepanjang sambungannya. Tak mampu untuk menahan diri aku berjingkat mengendap-endap untuk mengintip. Jantungku berdegup keras. Cukup edan bagiku yang istri insinyur untuk bisa berbuat macam ini. Tetapi..

Darahku langsung syuurr.. saat bisa mengintipnya. Nampak si abang sedang memegangi kemaluannya. Loh, ngapain dia..? Kulihat kemaluannya tegang dengan tangannya yang menguruti sambil wajahnya sesekali menyeringai menatap ke langit-langit. Aku menjadi lebih penasaran lagi. Inikah yang disebut onani. Jadi si abang becak ini sedang onani di kamar mandiku? Darahku langsung tersirap naik ke permukaan wajahku. Kudengar pukulan jantung pada dadaku. Aku sepertinya disergap kobaran birahi. Buah dadaku terasa mengeras dan didesak-desak rasa gatal.

Secara otomatis tanganku menjamah dan meremas-remas buah dadaku kemudian memelintir puting susunya. Kuraih kenikmatan tak terhingga. Pandangan ke kemaluan si abang yang sedang ngaceng onani dan remasan buah dadaku membuahkan nikmat syahwat yang tak terhingga. Nafasku memburu.
Kudengar si abang mendesah pelan, pasti karena khawatir aku mendengarnya. Aku baru tahu sekarang, inilah cara lelaki melakukan onani. Aku kembali bertanya, kenapa dia lakukan disini? Di rumahku, saat dia melakukan tugasnya selaku penarik becak? Haa.. mungkinkah birahinya timbul karena dia menyaksikan tampilan seksualku. Bukankah dia cukup kesempatan selama mengantar barang-barang dan menunggu aku mencari dompet untuk mengamati aku. Sangat mungkin.

Kocokkan tangannya yang membuat otot kemaluannya semakin mengencang. Dan lihat.. Duuhh.. sungguh perkasa. Aku taksir kira-kira panjangnya 2 kali genggaman tangannya. Itu nampak saat dia menarik ke belakang dan melepas ke depan genggamannya. Dan bulatan batangnya, sepertinya dia sedang menggenggam pisang tanduk. Aku sangat terpesona. Aku tak mau mengedipkan mataku. Aku sedang benar-benar meyaksikan sensasi. Kulihat kembali wajahnya yang menyeringai menahan nikmat tengadah ke langit-langit kamar mandiku. Sementara tangannya yang terus mengocok ritmis dengan tempo yang semakin cepat.

STW Adalah Birahiku


Awalnya enggan juga ke dokter, karena aku merasa normal-normal saja, namun karena desakan isteri, akhirnya kuturuti juga ke dokter, apalagi Bu dokternya cukup simpati dan menawan kendati usianya sudah lima tahun diatasku. Yach.., istilahku STWB (Setengah Tuwa Buanget).

Singkat cerita, ketika konsultasi, aku diperiksa secara fisik dengan teliti oleh Bu dokter termasuk test darah dilabotarium. Seminggu kemudian, sesuai perjanjian aku kembali lagi ketempat praktek Bu dokter, kali ini tidak didampingi isteri sehingga hanya aku dan Bu dokter di ruang prakteknya.

"Selamat malam Bu dokter"! Sapaku ketika masuk keruangan prakteknya.
"O..selamat malam Pak anto, silahkan duduk! Jawabnya ramah, kemudian dia melanjutkan lagi,
" Begini Pak, setelah saya pelajari dari hasil pemeriksaan minggu lalu, tampaknya tidak ada kelainan diorgan tubuh bapak, semuanya normal-normal saja. Makanya saya juga heran kenapa sampai tiga bulan ngga mau bangun?! Mungkin bapak terlalu cape atau banyak pikiran?
" Ah tidak juga Dok"!!, Jawab saya.
"Atau ada persoalan keluarga sehingga secara psikis berpengaruh"? tanyanya lagi.
" Juga tidak " jawabku singkat.
" Lalu kenapa ya?? Dengan Ibu (isteriku maksudnya) sudah tiga bulan lebih ngga mau bangun, hanya maaf nih.., kalau misalnya dengan wanita lain bagaimana Pak?!
" O.. kalau itu otomatis "!! jawabku spontan. Tidak usah jauh-jauh dok, ngobrol lama-lama dengan dokter saja si "dia" sudah mulai menggeliat nih!!
" Ah.. Pak Anto ada-ada saja, kalau begitu masalah bapak hanya BTL ", jawabnya sambil senyum dikulum..
" Wah.. apalagi BTL? tanyaku penasaran..
" Itu lho .. Bangunnya Tergantung Lawan.."
"Betul sekali Bu Dokter..ngga salah deh kalau saya berkonsultasi kesini!! kami pun tertawa bersama-sama.

Ceritaku dengan Bu Dokter memang hanya sebatas itu, mengingat kedudukan kami saat ini. O.. ya sekedar informasi.. saat ini saya bertugas di luar jawa sebagai kepala kantor perwakilan, sementara Bu dokter juga merupakan dokter senior yang terpandang di Daerah tempat kami sama-sama bertugas. Hubungan antar pemuka masyarakat di sini cukup harmonis dan kompak sehingga rasanya tidak mungkin kami berbuat diluar batas.

Sebagai kepala perwakilan sebuah perusahaan kontraktor, kesibukanku tidak seperti dikantor pusat. Apalagi pada pertengahan tahun dimana proyek-proyek sudah mulai berjalan dan tidak terjadi permasalahan yang berarti, hari-harinya banyak diisi dengan baca koran dan internet termasuk mengunjungi situs 17tahun ini yang terus terang saja situs tersebut memberikan keasyikan tersendiri. Jika pada awal tulisan ini, "si Otong" kena masalah BTL, dengan rutin mengunjungi situs 17Tahun ini, masalaHPun selesai. Caranya? setelah membaca, aku sering meng-create lawan-lawan baru yang disimulasikan pada body isteriku sehingga "si otong" tetap on.., Maklumlah sudah tua, mau jajan nyaliku sudah ciut.

Nah dari sekian rutinitasku selama ini, ada pengalaman menarik dan sedikit controvert yang terjadi beberap bulan yang lalu. Menarik karena aku teringat kembali peristiwa 30 tahun yang lalu dengan Bulik Anna, sementara kuanggap controvert karena ML-nya dengan wanita yang sudah berusia 60 tahun. Saat itu kantorku mendapat kunjungan tidak resmi dari isteri pimpinanku. Dia (sebut saja Bu Winny) sengaja datang untuk bernostalgia karena dulu suaminya pernah menjadi kepala perwakilan disini. Sedianya dia akan datang bersama suaminya hanya saja karena suaminya harus ke luar negeri dengan rekan-rekan bisnisnya, maka dia memilih berlibur kedaerah saja. Seperti halnya penampilan isteri-isteri penggede, Bu Winny pun senantiasa tampil anggun, kulitnya halus terawat sehingga hampir tidak tampak keriput meski usianya sudah 60 tahun. Rambutnya tebal dan panjang dan dipelihara untuk tetap hitam sehingga sekilas tampak seperti rambut milik gadis sunslik.

Karena dia isteri bossku, pada hari kedatangannya Aku dan Isteriku menjemput di Bandara. Dia kami inapkan di hotel yang terbaik di daerah ini. Untuk kegiatannya selama disini, kuminta isteriku saja yang menemani biar lebih leluasa ngobrolnya. Hanya pada hari kedua, ketika aku pulang dari kantor, isteriku sudah dirumah; Lho koq ngga pergi Ma?! tanyaku
"Ngga tuh soalnya Bu Winny-nya sedang ngga enak badan, jadi ya kebetulan aku juga pingin istirahat!!" jawab isteriku sambil menyiapkan meja makan.
" Terus ngga kamu tawarin ke dokter "?!
" Sudah sih tapi dia bilang ngga usah" jawab isteriku lagi.
" O.. ya sudah".
Hanya setelah kami selesai makan malam, aku menyempatkan telepon ke hotel, biasa basa-basi karena biar bagaimana dia khan isteri bossku.
" Hallo Bu.. selamat malam, katanya sakit Bu!! tanyaku di telepon.
" Iya nih pegal-pegal saja, maklumlah sudah tua!" jawab Bu winny diseberang sana.
" Apa perlu saya panggilkan dokter atau tukang pijat"..
" Ah kalau dokter sih ngga usah, saya ngga apa-apa koq. Cuma kalau pijat boleh juga Pak.!", memang ada yang bisa dipanggil malam ini?
" Ada Bu, Mak unah namanya, dia biasa mijat isteri saya juga."
" Boleh juga Pak kalau tidak merepotkan"
" Ah ngga apa-apa Bu (jawabku basa-basi), sebentar saya antar kesana".

Setelah kututup telepon, rupanya isteriku mengikuti pembicaraan kami, langsung berkomentar..
"Syukurin lu, habis pake basa-basi segala, sekarang Papa harus ngantar mak unah, aku males ikut, ingin tidur!!", kata isteriku.

Yach..berhubung sudah terlanjur menyanggupi, terpaksalah aku berangkat sendiri ke rumah mak unah. Hanya karena aku tidak memberi tahu dulu, ternyata mak unah sedang ke rumah anaknya diluar kota. Sempat bingung juga karenya, namun akhirnya kuputus untuk ke hotel saja untuk minta maaf sama Bu winny.

Kuketuk kamar Bu Winny, dan ketika menyambutku dia sudah memakai daster, rambutnya dibiarkan tergerai..
" Oo.. Pak anto, silahkan masuk..mana mak unahnya?"
" Waduh maaf bu, tadi saya tidak ngechek dulu, ternyata mak unah sedang pergi, makanya saya datang mau minta maaf nih.
" O.. ya sudah".. Akhirnya kami ngobrol yang lain sekedar basa-basi untuk mengurangi kekecewaannya
"Memangnya ibu sakit apa sih!" tanyaku disela-sela pembicaraan, meskipun sebenarnya aku sudah tahu waktu ditelepon tadi.
"Ini punggung saya pegal-pegal, setelah seharian jalan sama Bu anto"!
" O.. kalau cuma punggung sih saya juga bisa mijat Bu" jawabku sekenanya.
"Ah yang benar Pak, tolonglah kalau bisa.
Waduh kena lagi basa-basiku, harus mijitin nenek-nenek nih.
" Baik Bu, silahkan telungkup, lalu akupun mulai memijat punggung Bu wenny yang tetap dibalut dasternya.

Bu wenny tampak menikmati pijatanku, dan tanpa sadar pikiranku teringat akan cerita setengah baya di situs 17Tahun.com. Kuperhatikan rambutnya yang tebal dan hitam (memang disemir), lalu pijatanku sudah pindah kepundaknya. Kusibak rambut Bu wenny, tampak tengkuknya yang putih, meskipun tampak guratan keriput namun tetap mulus.., terus membayangkan tanpa terasa pijatanku berubah menjadi usapan.. dan anehnya Bu wenny.. malah mengerang.. ahh.. ahh.. enak Pak. Dan aku yang sudah mulai konak.. tampaknya sudah lupa kalau yang kuusap-usap adalah isteri bossku dan sudah berusia 60 tahun.

Lama-lama Akupun memberanikan membuka resleting dasternya yang kebetulan berada dibagian belakang, rupanya Bu wenny tidak memakai BH maka lamgsunglah tanganku bermain dan bersentuhan dengan kulit Bu Wenny bagian belakang. Berulang-ulang tanganku naik turun dari pundak sampai kepantatnya. Malahan di pantatnya aku susupkan tanganku dibalik CDnya dan kuremas-remas. Lebih lima menit kami saling diam, hanya tampak tubuh Bu wenny sudah menggeliat dengan ritme erangan yang semakin cepat, sementara "si otong" juga sudah mulai berontak di balik CDku.

Aku menghentikan usapan, sekali lagi kusibakan rambutnya lalu kucium tengkuknya. Bu wenny diam saja kuperlakukan seperti itu.. bahkan sesaat sambil mengerang.. dia raih kepalaku sehinnga menempel erat ditengkuknya. Kemudian reflek saja tanganku memeluk erat tubuhnya dan jari-jari tanganku sudah berada di payudaranya yang lentur-lentur kenyal. Reflek pula gerakannya, dia memutar kepala sehingga kini bukan bibir dengan tengkuk yang bertemu, namun bibir dengan bibir.., Kami saling menghisap, mengulum.. bak ABG yang baru pertamakali ciuman, sambil tangan kami bergerilya untuk saling melepas pakaian kami masing-masing. Kemudian entah siapa yang memulai. setelah pakaian kami tanggal, posisi kami sudah menjadi 69. Diposisi ini saya temukan sensasi yang luar biasa, karena disamping milik Bu Wenny harum juga tidak berlendir, padahal tubuhnya sudah semakin menggeliat tidak beraturan. Setelah puas dengan posisi 69, barulah "siotong" dibimbing masuk gerbang sorga dunia.. yang kanan kirinya sudah dihiasi umbul-umbul.. (yang jelas hiasan tsb tidak pernah ditemui pada pemilik yang masih ABG).. Kami saling memutar, mendorong.. meremas.. memeluk .. sampai akhirnya.. ahh.. ahh.. "saya mau keluar Pak!!
"saa.. maa.. Bu.. oohh.. akhh.." dan terkulailah kami dalam kenikmatan.., semua menjadi sunyi hanya suara nafas kami saja yang memenuhi ruangan kamar 312.